HUBUNGAN KEPEMIMPINAN , KOMUNIKASI , MOTIVASI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP PEGAWAI
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. TEORI……………………………………………… ………..
BAB II ISI
A. Harapan ……………………………………………….
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………
BAB I
Dalam
kegiatan perusahaan dan kaitannya dengan fungsi manajemen, para pemimpin
mempunyai kontribusi yang cukup besar terutama dalam pengembangan Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM). Fungsi-fungsi tersebut harus didasarkan pada
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin agar tujuan
organisasi bisa dicapai secara optimal.
Menurut Hasibuan (2007, p170) Kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja
sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organiasasi.
Menurut Rivai (2004, p2) Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya melalui
proses komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Menurut
Werren Bennis (2004, p74) Kepemimpinan adalah kapasitas untuk menerjemahkan
visi dan realita. Dengan kata lain kepemimpinan berarti turut melibatkan orang
lain didalam aktivitas organisasi dan lebih mengutamakan visi diatas segalanya,
selanjutnya mengarahkan didalam pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
Kepemimpinan
berarti mempengaruhi orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang
pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti
menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan),
penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukturasi organisasi, dan
mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat
dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan
kepentingan pribadi mereka demi kebahagian organisasi Mochammad Teguh, (2001,
p69).
Berdasarkan uraian teori diatas, terdapat tiga
implikasi penting yaitu (1) kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan
maupun pengikut, (2) kepemimpinan melibatkan pendistrisbusian kekuasaan antara
pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, (3) adanya kemampuan untuk
menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk memengaruhi tingkah laku
pengikutnya.
(Dalam “Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi”,2010, p3-p4) Kepemimpinan pada hakekatnya adalah :
1. Proses
mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya
mencapai tujuan organisasi;
2. Seni
mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan, adan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama;
3. Kemampuan
untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan;
4. Melibatkan
tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu;
5. Kemampuan
untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Motivasi, Motivasi kerja, Motivasi Karyawan
Menurut Winardi (2007,p1), motivasi
berasal dari kata motivaton yang
berarti “menggerakan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat
internal datau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap entutiasme dan presistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri
manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan sejumlah kekuatan
dari luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan non moneter,
yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif,
hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang
bersangkutan.
Menurut A. Anwar Prabu Mangkunegara,
memberikan pengertian motivasi dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku yang berpengaruh dengan lingkungan kerja.
Menurut Henry Simamora, pengertian
motivasi adalah sebuah fungsi dan pengharapan individu bahwa upaya tertentu
akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan
atau hasil yang dikehendaki.
Dari pengertian-pengertian motivasi
diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau
kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan
sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
Menurut
As’ad (2002,p45) motivasi kerja didiefinisikan sebagai sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan kerja. Sedangkan menurut Robbins (2002,p166), motivasi
didefinisikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
untuk tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk
memenuhi sesuatu kebutuhan individu. Sementara motivasi umum bersangkutan
dengan upaya ke arah setiap tujuannya yang dipersempit terhadap tujuan
organisasi. Ketiga unsur dalam definisi ini adalah upaya, tujuan, dan
kebutuhan.
Pada hakikatnya saat karyawan
bekerja mereka membawa serta keinginan, kebutuhan, pengalaman masa lalu yang
memberikan harapan kerja mereka. Adanya motivasi terutama motivasi untuk
berprestasi akan mendorong sesorang untuk mengembangkan pengetahuan dan
kemampuannya demi mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Biasanya sesorang
yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan
prestasi yang lebih baik. Menurut Trianingsih (2003) dengan adanya motivasi
kerja, diharapkan setiap individu mau bekerja keras untuk mencapai kinerja yang
tinggi.
Motivasi kerja ini dimaksudkan untuk
memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai
tersebut bekerja dengan segala daya upayanya (Manulang,2002)
Dari pengertian-pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan sebagai sesuatu yang
menimbulkan semangat kerja dan menjadi landasan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan.
Motivasi karyawan adalah suatu faktor yang mendorong
seorang karyawan untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh
karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai factor pendorong
perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang manusia pasti
memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Motivasi atau
dorongan untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi rendahnya produktivitas
perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan atau pekerja untuk bekerja
sama bagi kepentingan perusahaan maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan
tercapai. Sebaliknya apabila terdapat motivasi yang besar dari para karyawan
maka haltersebut merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
Motivasi atau dorongan kepada
karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya tujuan bersama ini
terdapat dua macam, yaitu:
a. Motivasi finansial, yaitu
dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut
sering disebut insentif.
b. Motivasi nonfinansial,
yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/ uang, akan tetapi
berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagai
Menurut Payaman J.Simanjuntak
(2005,p94-97), memotivasi bawahan berarti menjadikan mereka merasakan bahwa
bekerja sebagai bagian hidup yang dinikmati. Para pekerja pada umumnya akan
siap bekerja keras bila menghadapi beberapa kondisi berikut ini:
1) Merasa diperlukan oleh
organisasi
2) Mengetahui yang diharapkan
organisasi
3) Perlakuan adil antar
pekerja dan dalam pemberian imbalan
4) Peluang untuk berkembang
5) Tantangan yang menarik
6) Suasana kerja yang
menyenangkan
Dari pengertian-pengertian
motivasi karyawan diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi karyawan
merupakan sebagai sesuatu yang mendorong karyawan untuk melakukan sesuatu yang
berguna bagi perusahaan atau organisasi.
Motivasi sebagai sesuatu yang
dirasakan sangat penting, hal ini disebabkan karena beberapa alasan:
1. Motivasi sebagai suatu
yang penting (Important Subject)
2. Motivasi sebagai sesuatu
yang sulit (Puzzling Subject)
Menurut Mitchell (dalam Winardi,
2000) tujuan dari motivasi adalah memperediksi perilaku perlu ditekankan
perbedaan-perbedaanantara motivasi, perilaku dan kinerja (performa).
Motivasilah penyebab perilaku; andai kata perilaku tersebut efektif, maka
akibatnya adalah berupa kinerja tinggi.
Faktor-Faktor
Motivasi kerja
Sihotang (2007,p245)
berpendapat bahwa motivasi kerja melibatkan dua faktor:
1. Faktor-faktor individual:
a.
Kebutuhan-kebutuhan
b. Tujuan-tujuan orang
c. Sikap-sikap
d. Kemampuan-kemampuan orang
2. Faktor-faktor organisasi
a. Pembayaran
gaji/upah
b.
Keslamatan kesehatan kerja
c. Para
mandor (supervisi)
d. Para
pengawas fungsional
Yang merupakan pekerjaan yang
sulit dalam memotivasi sumber daya manusia adalah menggabungkan faktor individu
dengan faktor organisasi setiap pekerja yang sangat beraneka ragam, karena
motivasi seseorang itu dipengaruhi oleh dasar pendidikannya dan
kebutuhan-kebutuhannya
Teori Motivasi
Teori motivasi dari Abraham Maslow
Salah
satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah teori "Hirarki Kebutuhan"
yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan manusia
berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga
kebutuhan yang paling tinggi. Model Maslow (dalam As’ad, 1998) Ini sering
disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia,
maka teori ini digunakan untuk menunjukkan butuhan seseorang yang harus
dipenuhi agar individu tersebut termotivasi untuk kerja. Kebutuhan pokok
manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya adalah sebagai
berikut: Kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan hierarchy pyramid,
yaitu:
a. Physcological needs, yaitu kebutuhan fisik seperti pangan, sandang,
dan papan.
b. Security needs, yaitu kebutuhan keamanan jiwa, raga, dan harta
benda milik.
Jika dikaitkan dengan kerja maka kebutuhan
akan keamanan sewaktu bekerja,
perasaan aman yang menyangkut masa depan
karyawan.
c. Social needs atau kebutuhan sosial untuk memiliki keluargadan sanak
saudara,
rasa dihormati, status sosial, harga diri,
dan kebutuhan pendidikan dan agama.
d. Esteem needs, yaitu kebutuhan prestise dan percaya diri dengan
berbagai titel
dan gelar-gelar kehormatan.
e. Self actualization needs, yaitu suatu kebutuhan aktualisasi diri
sebagai bukti
kesuksesan seseorang dalam berkarya.
Apabila seorang karyawan
dapat memenuhi kelima tingkatan kebutuhannya secara serentak dan harmonis
melalui imbalan kerja yang diperolehnya dari organisasi tempat dia mengabdi,
maka dapat diperkirakan akan sangat memotivasi orang bekerja giat,tanpa
diperintah orang lain. Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori ini adalah
untuk memotivasi orang bekerja giat sesuai keinginan kita, sebaiknya kita
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan harapannya. Namun kelemahan dari
teori ini adalah bahwa kebutuhan manusia itu tidaklah berjenjang dan hierarkis,
tetapi kebutuhan itu perlu dipenuhi secara simultan pada tingkat intensitas
tertentu, dengan menentukan apa yang harus dipenuhi lebih dahulu.
1) Teori
Motivasi dari Frederick Herzberg
Teori
ini berhubungan langsung dengan kepuasan kerja. Hal inidikarenakan, berdasarkan
studinya tentang hubungan antara sikap –
sikap kerja dan kinerja kerja Herzberg menyatakan, bahwa motivasi merupakan
sebuah dampak langsung dari kepuasan kerja.
Teori
ini meneliti tentang dua kondisi yang mempengaruhi seseorang di dalam
pekerjaannya, yaitu:
a. kondisi pertama adalah faktor motivator yang
meliputi:
1) keberhasilan
pekerjaan kerja: hal ini menggambarkan suatu prestasi
kerja.
2) pengakuan
(recognition): adanya harapan akan
sesuatu pengakuan dari
luar akan
hal yang dikerjakan
1) pekerjaan
itu sendiri: berhubungan dengan bagaimana kondisi
pekerjaan
tersebut.
4) tanggung jawab: suatu komitmen akan suatu
pekerjaan.
5) pengembangan
(advancement): berhubungan dengan
keinginan yang
ingin dicapai untuk kedepannya.
b. kondisi
kedua adalah hygiene. Faktor-faktor hygiene yang justru
menimbulkan rasa tidak puas pada para
pekerja adalah:
1) kebijaksanaan administrasi
perusahaan
2) supervisi yang sangat
ketat
3) hubungan antarpribadi
4) kondisi kerja
5) gaji dan upah
Teori Herzberg memprediksi,
bahwa para manajer dapat memotivasi individu – individu dengan jalan “
memasukkan ” motivator – motivatornya kedalam pekerjaan individu, yaitu proses
yang dinamakan perkayaan pekerjaan (job
enrichment
2) Teori X
dan Y dari Mc. Gregor.
Teori ini didasarkan pada
asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia
penganut teori X dan mana yang menganut teori Y. Pada asumsi teori X menandai
kondisi dengan hal-hal seperti karyawan rata-rata malas bekerja, karyawan tidak
berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindar dari
tanggung jawab, karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi, karyawan
lebih mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan pada asumsi teori Y menggambarkan
suatu kondisi seperti karyawan rata-rata rajin bekerja. Pekerjaan tidak perlu
dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah karena tidak ada
yang dikerjakan, dapat memikul tanggung jawab, berambisi untuk maju dalam
mencapai prestasi, karyawan berusaha untuk mencapai sasaran organisasi (Robbins
dalam bukunya Umar, 2000).
Dalam hal ini motivasi dan
kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek atau faktor yang dapat
meningkatkan sinergik (synergistic effect).
Maka pembinaan
terhadap sumber daya manusia tidak pada
penyelenggaraan latihan (training)
saja, tetapi juga didukung dengan pengembangan atau pembinaan selanjutnya (development).
Di dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ida Nursada, Taher Alhabsji, dan Al Musadieq yang berjudul “Pengaruh Motivasi Kerja, Kemampuan Kerja,
Gaya Kepemimpinan Situasional dan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan PT. Sang Hyang Seri (Persero)” dalam jurnal ekonomi dan bisnis Volume 6, no 2, September 2008, 108-115.
Ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya
kepemimpinan situasional terhadap prestasi kerja karyawan, dan juga motivasi
kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.
PENELITIAN
TERDAHULU TENTANG PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KARYAWAN
Di dalam penelitian yang
dilakukan oleh Halid Hasan yang berjudul “Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Syariah Malang” dalam
jurnal administrasi dan bisnis Volume 2,
no. 1, Juli 2008, 40 -51. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan.
Penelitian lain adalah
penilitan yang dilakukan oleh Ellyn Eka Wahyu yang berjudul “Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan pada PT. BRI Cabang (Persero) Retail Cabang Malang Kawi” dalam
jurnal administrasi dan bisnis Volume 2,
no. 2, Desember 2008, 112-117. Ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi terhadap prestasi kerja karyawan di BRI cabang
Malang Kawi.
Penelitian juga ditemukan
oleh Y.M.V Mudayen yang berjudul “Pengaruh
Kompensasi, Pengembangan Karir, Lingkungan dan Pengalaman terhadap Motivasi dan
Prestasi Kerja Karyawan Penerbit dan Percetakan Kanisius”. Dalam jurnal
penelitian volume 13, No 2, Mei 2010,
169-198. Ditemukan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi kerja dan dan prestasi kerja pada perusahaan penerbit dan
percetakan kanisius
BAB II
Dalam suatu organisasi
sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan atau ketidak berhasilan
suatu organisasi. Kedudukan manusia dalam hal ini pegawai yaitu orang-orang
yang bergabung dalam organisasi adalah sangat penting sebagai pendukung
tercapainya tujuan organisasi tempat mereka bekerja.
Menyadari hal tersebut peranan kepemimpinan sebagai pemimpin dan manajer adalah sangat mutlak. Dalam upaya mempengaruhi perilaku pegawai, pemimpin menggunakan pendekatan pola kepemimpinan yang berorientasi pada tugas pegawai dan hubungan manusia.
Dalam organisasi terjadi saling berinteraksi sesama pegawai dengan pemimpin. Kondisi yang demiklian akan memungkinkan terwujudnya iklim organisasi, iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekwensi yang akan timbul dari berbagai tindakan.
Harapan menimbulkan motivasi atau mendorong pegawai melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan, dalam rangka memenuhi kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis, sosial, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri. Terpenuhinya kebutuhan sesuai harapan mendatangkan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah sikap senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya, pegawai yang senang dengan pekerjaannya mempunyai sikap positif, pegawai yang tidak puas mempunyai sikap negatif.
Menyadari hal tersebut peranan kepemimpinan sebagai pemimpin dan manajer adalah sangat mutlak. Dalam upaya mempengaruhi perilaku pegawai, pemimpin menggunakan pendekatan pola kepemimpinan yang berorientasi pada tugas pegawai dan hubungan manusia.
Dalam organisasi terjadi saling berinteraksi sesama pegawai dengan pemimpin. Kondisi yang demiklian akan memungkinkan terwujudnya iklim organisasi, iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Hal itu dengan membentuk harapan pegawai tentang konsekwensi yang akan timbul dari berbagai tindakan.
Harapan menimbulkan motivasi atau mendorong pegawai melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai tujuan, dalam rangka memenuhi kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis, sosial, rasa aman, penghargaan dan aktualisasi diri. Terpenuhinya kebutuhan sesuai harapan mendatangkan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja adalah sikap senang atau tidak senang terhadap pekerjaannya, pegawai yang senang dengan pekerjaannya mempunyai sikap positif, pegawai yang tidak puas mempunyai sikap negatif.
BAB III
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas
(kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau
kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau
belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat
kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh seorang pemimpin maka pemimpin
tersebut akan arif dan bijaksana.
0 comments:
Post a Comment